Ini cerita sebetulnya copas-an waktu Saya ikut seminar
kewirausahaan di sebuah kampus PTN di Jawa Timur tahun 2012 silam . Yang cerita
itu si pembicaranya , saya kurang tahu namanya sih soalnya gak saya tulis
hehehe . Ceritanya apa sih kok kaya petinju aja pake versus-versus-an ? apa
hubungannya penjual bakso dengan pengemis tua ? hahaha lucu kali ya judulnya
atau malah garing banget ? entahlah .. tapi yang jelas setelah membaca “kisah
nyata” ini diharapkan Anda mempunyai jiwa seorang Pebisnis yang kuat , tidak
mudah goyah (ceileh kaya silabus aja) .
Suatu ketika si Pak Amat yang seorang satpam di sebuah
perumahan elit di kawasan semarang mau pulang ke rumah . Waktu itu pak Amat
hanya jaga setengah malam saja dikarenakan pak Amat sedang tidak enak badan ,
malam yang kelam dan hujan lebat dengan naik sepeda motor “cempe” pak Amat melewati jalan yang sunyi
sepi senyap gak ada ojek gak ada tukang sempolan(ini apa lagi?) , lalu ditengah
jalan tepat didepan taman kota , Pak amat melihat Abang penjual bakso yang
dagangannya masih utuh tak bersisa (MULUS GAN) sama Pengemis tua disebelah
kanan si Abang penjual bakso dengan berteduh bermodalkan pohon beringin (beri
angin biar damai) kedinginan menggigil . Lalu , pak Amat bingung dan kasihan
melihat kedua orang itu . Abang penjual bakso yang masih berumuran 40an dan
seorang kakek pengemis tua yang berusia sekitaran 60an . Pak amat yang Cuma
bawa duit 5ribu rupiah bingung mau dikasihkan ke siapa ? ... (jawaban coba di tebak
sendiri saja ya ) Jawaban bisa dikirim via komentar
Kok ceritanya nanggung ? katanya cerita nyata ? seharusnya
sampe akhir dong ? Biar asik , saya potong saja bagian akhirnya . Inti dari
cerita ini , kita dihadapkan pada dua masalah dimana satu permasalah menyangkut
belas kasihan dan semangat untuk hidup dan satunya lagi hanya rasa iba . Kita
harus memilih diantara dua pilihan tersebut , memilih dengan bijak tanpa ada
yang merasa tak tertolong . Bayangkan saja , kita baru memulai berjualan
(konteks beverages) barang yang kita jual adalah produk makanan yang sifatnya
harus habis dalam hari itu juga , pagi-pagi kita berbelanja dengan semangatnya
dengan uang tabungan (hasil pinjam), lalu tengah hari kita membuatnya , sore
hari mulai menggelar lapak entah itu di alun-alun , pinggir jalan atau depan
rumah . 1 jam , 2jam , 4 jam hingga larut malam saatnya orang tidur tak ada
satupun orang yang beli ? apakah besoknya akan masih jualan ? lalu mau diapakan
makanan yang sudah jadi tadi ? dibuang-kah? Atau dibagikan ?
Bandingkan dengan seorang pengemis (tua dan anak-anak) ?
mereka hanya bermodal menengadah , ditengah jalan(perempatan lampu merah) , di
emperan toko-toko , mulai meminta belas kasihan dari orang yang lewat dari pagi
hingga malam . 1 jam , 2jam , 4 jam rupiah mengalir deras ke botol minuman yang
mereka sandingkan didepan mereka .
Mungkin cacian , gunjingan atau rasa iba dari pelewat dihadapan mereka
bukanlah sebuah halangan untuk melanjutkan profesi yang tidak mulia tersebut .
Mereka masih bisa makan , minum bahkan hidup “layak” melebihi kaum buruh pabrik
. Masihkah kita mengasihani mereka ????
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon